Glen the Frog

Glen the Frog
Image was taken from DeviantArt.com posted by The RagingSpaniard

Minggu, 09 Juni 2013

Tindihan atau Penampakan?

Pagi ini aku mengalaminya (lagi). Lebih jelas, lebih kuat; dua hal yang begitu terasa sedikit asing dalam hidupku, tapi toh terjadi juga, ke-jelas-an dan ke-kuat-an itu. Yang aku maksud adalah fenomena tindihan tersebut, tapi aku mencoba mengakuinya sebagai suatu penampakan. Kenapa begitu? Karena hal seperti penampakan lah yang belum begitu jelas atau kuat kehadirannya dalam duniaku, selama aku hidup sampai sekarang tentunya.

Segera saja aku putar lagu-lagu milik Rob Zombie lewat pemutar mp3 di komputerku, seraya aku mencari Microsoft Word agar aku bisa segera menuangkan pengalamanku hari ini, pagi ini. Ya, tindihan yang telah aku dengar berkali-kali sebagai fenomena gangguan kesehatan yang terjadi ketika aliran darah dalam tubuh sedang tersumbat sesaat ketika sedang tidur. Tapi, ternyata ke-iri-anku terhadap cerita-cerita penampakan yang aku dengar dari banyak teman telah membuatku mengakui hal tersebut sebagai sebuah penampakan. Ya, begitulah, mungkin ini hanya sebuah ke-jelas-an yang sedikit aku paksakan. Tapi aku yakin, kalau yang aku rasakan kali ini begitu kuat; ya, ke-kuat-an ini begitu nyata dalam pengalamanku kali ini.

Berkali-kali aku mengalami fenomena ini, dan baru pagi ini aku mengakuinya sebagai sebuah tindihan, tapi aku lebih suka menyebutnya sebagai penampakan. Bayangkan saja, aku selalu bertanya-tanya kenapa aku tidak (belum ;P) pernah mengalami sebuah penampakan. Akhirnya, aku nekadkan saja untuk mengakuinya sebagai penampakan; tentu saja lewat tulisan ini.

Oh, aku lupa, tujuanku di sini adalah mendokumentasikan “penampakan” yang aku alami ini, jadi begini:
Tubuhku terasa berat dan tak bisa kugerakkan. Tangan, kaki, jemari, kepala, dan seluruh tubuhku terikat pada tempat tidurku yang lembab. Kecuali mataku. Ya, mataku terbelalak melihat 45 derajat dari sudut kakiku berada, dan pandanganku terarah pada dua sosok berbentuk siluet hitam dan putih besar di depan pintu bagian dalam kamarku. Ya, aku begitu jelas melihat mereka berdua, berdiri di sana, agak bergerak-gerik sedikit; atau mungkin itu hanya efek gerakan tubuhku saja yang meronta-ronta berusaha untuk membebaskan diri dari ikatan tali tak terlihat ini. Dan aku baru ingat, bukan cuma kedua bola mataku saja yang aktif bergerak momen itu, tapi bibir dan lidahku agak aktif juga. Sepertinya aku melolong-lolong seperti anjing ketakutan, atau lebih tepatnya seperti suara dari tenggorokan ketika tertohok-tohok benda tumpul hahaha… Ya, dua sosok itu begitu jelas dan begitu kuat kehadirannya di depan tubuhku yang tak ada asa ketika itu. Yang aku rasakan adalah aku meronta-ronta, mencoba berontak dan tetap menguatkan mataku untuk tidak menutupkan kelopaknya agar bisa tetap menyaksikan kehadiran mereka. Ya, pada saat itulah aku sadar (nekad untuk mengakuinya tentunya) bahwa mereka adalah dua bentuk kehidupan yang mengawasi dan dengan sengaja membuat seluruh anggota tubuhku merasakan kehadiran mereka. Aku tidak akan menutup mataku, batinku. Kukuatkan otot pada leher dan punggungku, agar aku bisa menegakkan badanku, sembari mataku tetap tertuju bergantian pada kedua sosok “mahluk hidup” tersebut, mencoba untuk membuat mereka tetap tampak di hadapanku. Kutegangkan berkali-kali otot leher dan punggungku, sembari mataku tetap pandangi mereka. Akhirnya yang berwarna hitam tersebut bergerak seperti maju menjatuhkan dirinya pada tubuhku, dan sekejap saja aku memejamkan mata, entah karena takut atau reflek untuk melindungi diri dari benda asing, kelanjutannya adalah dia menghilang begitu saja dari dalam kamarku. Hilang begitu saja, sial, hilang begitu saja! Ah, masih ada satu, pikirku, masih ada satu! Dan tak mungkin aku biarkan saja yang satu ini menghilang begitu saja dari pandangan mata nekadku. Ya, aku nekadkan diriku saja saat itu untuk tetap menegangkan otot leher dan punggungku agar lebih tegak, sembari mataku tetap menatap mahluk tinggi besar berwarna putih dalam kegelapan pojok kamarku. Nah, nah, akhirnya dia mulai bergerak-gerik seperti temannya yang barusan hilang, ya, kali ini kamu pasti juga akan menghilang dan aku akan mengalami dengan mata di kepalaku sendiri cara menghilang-mu yang terkenal itu . Lebih kukuatkan lagi otot leher dan punggungku, dan kali ini otot mataku juga. Ternyata dia mencoba menghilang lewat kegelapan pojok ruangan dalam kamarku itu, ya dia hilang begitu saja dari pandanganku dengan cara menyusutkan bentuk tubuhnya yang besar itu menjadi ciut lebih kecil ke dalam kegelapan kamarku itu. Dan akhirnya aku, bisa bangun. Segera aku pastikan ketidakberadaannya di pojok ruanganku yang gelap itu. Ya, dia tidak ada di sana. Masih saja bulu kudukku mengatakan padaku untuk tetap melihat ke dalam kegelapan itu untuk memastikan ketidakberadaan mahluk itu. Sosok putih besar itu telah menghilang dalam hitamnya gelap pojok ruang kamar tidurku. Yang tersisa hanya keresek tempat aku menyimpan sandangan kotorku dalam kegelapan pojok kamarku itu. Dan tentu saja diriku, juga masih termangu-mangu kagum pada pengalamanku pagi ini. Ini terasa jelas dan kuat. Sejelas isi tulisanku pagi ini, dan sekuat jari-jemariku yang menjatuhkan diri pada huruf-huruf di keyboard untuk merangkai kata per kata kedalam layar komputerku ini. Jelas dan kuat.

10 Juni 2013, pagi buta sekitar pukul 04.00
Ketika mimpi menjadi kenyataan
Ya, aku memimpikannya saat aku pertama kali mengetahui keberadaannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar