Glen the Frog

Glen the Frog
Image was taken from DeviantArt.com posted by The RagingSpaniard

Minggu, 19 Mei 2013

I. Mad.You. Angry.

"Nothing stays the same", said the old men.
But this feeling was so eerie, when you left this place with resentment.
Without warning you shut the door of possibilities.
I never ask why to anything I'd done wrong in my life;
but this, this felt so wrong; there's nothing could answer this madly aroused curiosity.

You have made me really mad.
I'm mad of hunger; nothing sufficiently can full up this belly crowded by the parasites of ignorance.
I am really ignorance of your sudden swelling anger.
Your anger is nothing to your silence.
Every silence in my life hints me there is something different about anything around me, about me.

Therefore, that old man's saying is true, never in my life has any of a thing that stayed the same;
but your being different really makes a difference.
It's like a single blow in my hairy chin.

Your madness maddens me.
Your anger angers me.
I hope that I am really noisy for not being silenced by your silence.

Under the velvet umbrella in the middle of my rainy days;
rained down by many questions of prejudice and curiosity.
15 04 2013

Rabu, 15 Mei 2013

Moments to Pass through Generations

A melody was very good to the scarred ears it bit the broken heart inside. Then heart pulled the ears to carefully pay attention to the lyric, just so it would be able to carefully carve the song down to the ached brain. Years go by, and the song could still be sung by the mouth of the same heart, ears, and brain. And they laughed at each other of the stupidity they had done together. And the melody is still hummed for the sake of broken memories; but as for the mistakes, no one is blamed.

Minggu, 12 Mei 2013

Sepenggal Tafsir Fiksi dari Sebuah Mimpi

Aku terbangun dari tidur hanya untuk mengingat mimpiku yang tidak begitu jelas malam ini. Samar-samar ku ingat tentang geng bermotor, kakak perempuanku, dan Tae Kwon Do. Keseluruhannya mungkin begini:

Aku menyusuri trotoar yang di pinggirnya terdapat banyak motor terparkir dengan masing-masing pengendara duduk di atasnya. Aku terus berjalan sampai menemukan sepeda motor paling ujung yang tidak dilengkapi pengendaranya. Sebelumnya aku sudah tahu bahwa kakak perempuanku adalah bagian dari geng bermotor ini, dan aku tahu kalau motor paling ujung ini adalah miliknya. Lalu ke manakah kakak perempuanku itu pergi meninggalkan anggota-anggotanya menunggu di atas motor mereka?

Lalu aku dengan begitu saja pergi menuruni jalan berundak yeng ternyata menuju sebuah perguruan tinggi. Akhirnya aku melihat kakak perempuanku dari kejauhan; masih dengan rambut panjangnya yang anggun. Dia sedang berbicara dengan seorang laki-laki yang mungkin aku kenal. Dari jauh pun, aku seperti sudah tahu apa yang mereka bicarakan. Mereka membicarakan tentang djanji kami tentang berlatih Tae Kwon Do. Kakakku itu berjanji untuk mencarikanku instruktur tae kwon do untukku. Belakangan aku diberitahu kalau laki-laki bertubuh kecil itu adalah mahasiswa perguruan tinggi tersebut yang kebetulan ikut UKM Tae Kwon Do; kakak akhirnya memperkenalkanku kepadanya. (Sebenarnya masih ada detail cerita yang susah aku ungkapkan karena kesulitan dalam memilih diksi dan penggabungan antar kalimat; jadi aku putuskan untuk tidak aku tuliskan)

Singkat kata akhirnya aku langsung menuju tempat para anggota UKM Tae Kwon Do berlatih, yaitu sebuah gedung yang dilengkapi jalan berundak sebagai setapak yang harus disusuri untuk menuju pintu besar di atasnya. Di sepanjang jalan berundak itu aku melihat banyak anggota dari UKM tersebut dengan seragam mereka. Salah satu dari mereka sudah tua baya, berjenggot, gemuk dan punya tatu di bawah leher mereka. Lalu aku pergi ke kamar mandi yang terletak di bawah jalan berundak itu untuk cuci kaki dan tangan sebentar. Kemudian aku kembali meneruskan perjalananku ke arah tempat UKM Tae Kwon Do, dan di sana aku menemukan banyak anggota UKM yang berceceran di sepanjang jalan setapak. Di tengah kekagumanku, akhirnya aku bertemu dengan instruktur Tae Kwon Do yang dijanjikan untuk menemuiku. Dia adalah seorang wanita gemuk yang dilengkapi dengan wajah judesnya. Dengan judes dia bertanya kepadaku tentang kaset. Belakangan aku baru tahu kalau ternyata yang dia tanyakan adalah kaset yang aku dapat dari  saat pertama kali mendaftar menjadi anggota Tae Kwon Do di dojo pertamaku sebelum ini. Dan aku jawab kalau aku tidak pernah mendapatkan kaset itu. Dia sepertinya tidak percaya kalau aku tidak mempunyai kaset itu, namun akhirnya dia melembek dan berkata bahwa aku bisa mulai latihan asal melakukan sesuatu. Dia menyerahkan kertas yang berisi tentang urutan cara mendaftarkan diri. Di urutan kedua ada tulisan "'roukkong', dan itu yang harus aku lakukan. Aku bilang padanya kalau aku sedikit lupa apa arti kata tersebut. Mukanya agak masam mendengar apa yang barusan aku katakan. Lalu dia memperagakan apa itu 'roukkong'. Ternyata, menurutnya, itu adalah salam hormat dalam perguruan ini. Dengan cepat aku ikut memperagakannya, karena samar-samar aku ingat salam hormat itu.

Lalu petualanganku berlanjut di sebuah hutan lebat berpepohonan rendah. Di sana aku menjalani latihanku; berguling ke sana kemari, menghajar musuh di sana sini. Dan akhirnya aku terbangun dari tidurku; aku bertanya: mimpi apa aku ini?...

Pernah dengar tentang tafsir mimpi? Yang bisa aku tafsirkan dari mimpi ini adalah bahwa aku kangen dengan kakak perempuanku, saudaraku itu. Persetan dengan atribut lain dalam mimpi tersebut seperti geng bermotor yang memang ternyata salah satu elemen fiksi selain kata 'roukkong' dalam perguruan Tae Kwon Do yang ternyata bukan sebuah kata atau ungkapan melainkan kata rekaan dalam kehidupan nyata. Yang terasa paling nyata adalah keberadaan kakak perempuanku dalam mimpi tersebut. Tapi sayang,,,dia seperti elemen fiksi dari kehidupan nyataku. Aku adalah salah satu dari tiga bersaudara berjenis kelamin laki-laki. Namun aku memang punya kakak perempuan di luar sana; kakak perempuan yang sering aku pertanyakan bagaimana kabarnya, saudara yang begitu berarti...

Oh, aku ingat dia pernah berkata bahwa bila aku memimpikan seseorang, bukan aku yang kangen kepada orang yang aku impikan, tapi orang yang aku impikan itulah yang kangen terhadapku. Aku mulai berhenti mempercayainya.