Glen the Frog

Glen the Frog
Image was taken from DeviantArt.com posted by The RagingSpaniard

Jumat, 21 Juni 2013

Manusia Bergumam, Kafilah Berlalu

Rintih manusia berlalu begitu saja,
bila terdengar sayup tanpa keberanian.
Anjing merintih saja bisa terdengar begitu sayu,
kala dia mulai merajuk.
Jari-jari telunjuk bukan untuk disembunyikan,
saat lidah mulai mencaci.
Ekor anjing saja bergoyang,
begitu mata liar senang memandang majikan.
Gonggongannya menyeruak sampai ke bulu kudukku.
Sengaumu saja hanya menggelitik telapak kaki kapalanku.
Aku pun mulai bertanya apa siapa,
karna yang kau tebarkan cuma bagaimana di mana.
Anjing kecilku dulu pun kalah lucu oleh gumaman-mu.
Tenang,,,hanya sebotol AM kok yang tumpah di atas papan ketikku, bukan harga diriku.

22 Juni 2013
Ketika curiga penuh dengan tanya
Ya bertanya

Kamis, 20 Juni 2013

Penetrasi

Bukan kata-kata tanpa bunga wangi semerbak ke seantero raya jagad.
Bahkan secuil kelopak pun serbakkan aroma menusuk sukma.
Hanya saja, tangkai dan batang terlampau besar dan kokoh mencolok mata.
Biar indramu satu itu berdarah-darah,
hingga gelap menerangi siangmu,
hingga aroma bisa kau lihat sebagai garis halus berpola dan berperangai.

20 Juni 2013
Ketika menipu
merupakan cara tersendiri mengutarakan isi hati

Sabtu, 15 Juni 2013

Where Have You Gone My Dear Brothers?

I haven't seen you in ages. Cold, you see, in here.

By the way, I remember the thing that you showed me the other day. You threw away the bouldering mass of promises from your shoulders. In the flaming night of our angry dispute, I sensed a little by little of our consciences missing. Proudly pestered by the conversation, I blew the last light off the candle. It was dark; it was curiosity that kept my hatred and despise lingered all about me, as a dim light pointing the only path into solitary.

Should you dare to contrive your blame all around me, I shall be angered for the second time. And you must shudder under the suffering of the people who should have been loved long before by your very selves. An empty resolution.

15 June 2013
a regret, yet an abhorrence

Minggu, 09 Juni 2013

Tindihan atau Penampakan?

Pagi ini aku mengalaminya (lagi). Lebih jelas, lebih kuat; dua hal yang begitu terasa sedikit asing dalam hidupku, tapi toh terjadi juga, ke-jelas-an dan ke-kuat-an itu. Yang aku maksud adalah fenomena tindihan tersebut, tapi aku mencoba mengakuinya sebagai suatu penampakan. Kenapa begitu? Karena hal seperti penampakan lah yang belum begitu jelas atau kuat kehadirannya dalam duniaku, selama aku hidup sampai sekarang tentunya.

Segera saja aku putar lagu-lagu milik Rob Zombie lewat pemutar mp3 di komputerku, seraya aku mencari Microsoft Word agar aku bisa segera menuangkan pengalamanku hari ini, pagi ini. Ya, tindihan yang telah aku dengar berkali-kali sebagai fenomena gangguan kesehatan yang terjadi ketika aliran darah dalam tubuh sedang tersumbat sesaat ketika sedang tidur. Tapi, ternyata ke-iri-anku terhadap cerita-cerita penampakan yang aku dengar dari banyak teman telah membuatku mengakui hal tersebut sebagai sebuah penampakan. Ya, begitulah, mungkin ini hanya sebuah ke-jelas-an yang sedikit aku paksakan. Tapi aku yakin, kalau yang aku rasakan kali ini begitu kuat; ya, ke-kuat-an ini begitu nyata dalam pengalamanku kali ini.

Berkali-kali aku mengalami fenomena ini, dan baru pagi ini aku mengakuinya sebagai sebuah tindihan, tapi aku lebih suka menyebutnya sebagai penampakan. Bayangkan saja, aku selalu bertanya-tanya kenapa aku tidak (belum ;P) pernah mengalami sebuah penampakan. Akhirnya, aku nekadkan saja untuk mengakuinya sebagai penampakan; tentu saja lewat tulisan ini.

Oh, aku lupa, tujuanku di sini adalah mendokumentasikan “penampakan” yang aku alami ini, jadi begini:
Tubuhku terasa berat dan tak bisa kugerakkan. Tangan, kaki, jemari, kepala, dan seluruh tubuhku terikat pada tempat tidurku yang lembab. Kecuali mataku. Ya, mataku terbelalak melihat 45 derajat dari sudut kakiku berada, dan pandanganku terarah pada dua sosok berbentuk siluet hitam dan putih besar di depan pintu bagian dalam kamarku. Ya, aku begitu jelas melihat mereka berdua, berdiri di sana, agak bergerak-gerik sedikit; atau mungkin itu hanya efek gerakan tubuhku saja yang meronta-ronta berusaha untuk membebaskan diri dari ikatan tali tak terlihat ini. Dan aku baru ingat, bukan cuma kedua bola mataku saja yang aktif bergerak momen itu, tapi bibir dan lidahku agak aktif juga. Sepertinya aku melolong-lolong seperti anjing ketakutan, atau lebih tepatnya seperti suara dari tenggorokan ketika tertohok-tohok benda tumpul hahaha… Ya, dua sosok itu begitu jelas dan begitu kuat kehadirannya di depan tubuhku yang tak ada asa ketika itu. Yang aku rasakan adalah aku meronta-ronta, mencoba berontak dan tetap menguatkan mataku untuk tidak menutupkan kelopaknya agar bisa tetap menyaksikan kehadiran mereka. Ya, pada saat itulah aku sadar (nekad untuk mengakuinya tentunya) bahwa mereka adalah dua bentuk kehidupan yang mengawasi dan dengan sengaja membuat seluruh anggota tubuhku merasakan kehadiran mereka. Aku tidak akan menutup mataku, batinku. Kukuatkan otot pada leher dan punggungku, agar aku bisa menegakkan badanku, sembari mataku tetap tertuju bergantian pada kedua sosok “mahluk hidup” tersebut, mencoba untuk membuat mereka tetap tampak di hadapanku. Kutegangkan berkali-kali otot leher dan punggungku, sembari mataku tetap pandangi mereka. Akhirnya yang berwarna hitam tersebut bergerak seperti maju menjatuhkan dirinya pada tubuhku, dan sekejap saja aku memejamkan mata, entah karena takut atau reflek untuk melindungi diri dari benda asing, kelanjutannya adalah dia menghilang begitu saja dari dalam kamarku. Hilang begitu saja, sial, hilang begitu saja! Ah, masih ada satu, pikirku, masih ada satu! Dan tak mungkin aku biarkan saja yang satu ini menghilang begitu saja dari pandangan mata nekadku. Ya, aku nekadkan diriku saja saat itu untuk tetap menegangkan otot leher dan punggungku agar lebih tegak, sembari mataku tetap menatap mahluk tinggi besar berwarna putih dalam kegelapan pojok kamarku. Nah, nah, akhirnya dia mulai bergerak-gerik seperti temannya yang barusan hilang, ya, kali ini kamu pasti juga akan menghilang dan aku akan mengalami dengan mata di kepalaku sendiri cara menghilang-mu yang terkenal itu . Lebih kukuatkan lagi otot leher dan punggungku, dan kali ini otot mataku juga. Ternyata dia mencoba menghilang lewat kegelapan pojok ruangan dalam kamarku itu, ya dia hilang begitu saja dari pandanganku dengan cara menyusutkan bentuk tubuhnya yang besar itu menjadi ciut lebih kecil ke dalam kegelapan kamarku itu. Dan akhirnya aku, bisa bangun. Segera aku pastikan ketidakberadaannya di pojok ruanganku yang gelap itu. Ya, dia tidak ada di sana. Masih saja bulu kudukku mengatakan padaku untuk tetap melihat ke dalam kegelapan itu untuk memastikan ketidakberadaan mahluk itu. Sosok putih besar itu telah menghilang dalam hitamnya gelap pojok ruang kamar tidurku. Yang tersisa hanya keresek tempat aku menyimpan sandangan kotorku dalam kegelapan pojok kamarku itu. Dan tentu saja diriku, juga masih termangu-mangu kagum pada pengalamanku pagi ini. Ini terasa jelas dan kuat. Sejelas isi tulisanku pagi ini, dan sekuat jari-jemariku yang menjatuhkan diri pada huruf-huruf di keyboard untuk merangkai kata per kata kedalam layar komputerku ini. Jelas dan kuat.

10 Juni 2013, pagi buta sekitar pukul 04.00
Ketika mimpi menjadi kenyataan
Ya, aku memimpikannya saat aku pertama kali mengetahui keberadaannya

Menelaahmu


Setiap gerak-gerikmu bagaikan sebuah teori
Tertulis dalam sebuah buku dengan bahasa asing
Bahasa yang tidak terlalu fasih aku lafalkan
Aku telah menerapkan salah satu teori yang salah untuk membantah mentah-mentah teori sepertimu
Kamu bukanlah sebuah teori yang perlu dibantah.
Kamu adalah sebuah teori yang baiknya aku geluti lebih dalam lagi


4 Mei 2013
Di dalam cermin masih bisa aku temukan pelajaran mengenai hidup
dan bukanlah suatu penyesalan
hanya pelajaran tertunda yang perlu aku mengerti
dan aku mengerti