Di kala hujan kerisauan membasahi kepala ini, bukan dingin
yang menentramkan pikir, namun sial-siul merdu dunia manja merusak makna dalam
kalbu. Merajuk-lah segala keindahan, kemapanan, kegemerlapan, ke-birahi-an, dan
kefasihan fana nan semu yang telah lalu. Baru saja, di puncak tertinggi itu
hasrat kegirangan ini membabibu tak afu. Bukan salah dunia, bila canda tawa
indah mereka yang ada di dalamnya mampu bersatu memabukkan hatiku. Bukan salah
dunia, bila keadaan mapan mereka yang ada di dalamnya mampu menyilapkan
pandanganku. Bukan salah dunia, bila gemerlap sinar mata riang mereka yang ada
di dalamnya mampu menggelapkan semangatku. Bukan salah dunia, bila birahi
mereka yang ada di dalamnya mampu mem-birahi-kan birahiku. Bukan salah dunia,
bila kefasihan fana dan semuku melambaikan tangannya yang aku ingat sebagai
peremuk tulang sendi yang menopang segala arti hidup dalam tubuhku.
Me-lelaki-lah diriku dengan mengakui segala nikmat dunia memang mampu menjilati
keningku, lalu merasuk ke ubun-ubunku!!! Anggap saja, aku punya dunia; dua
dunia, yang tak akan aku asingkan antara satu dengan yang lainnya, dan tentu
saja antara mereka dengan diriku. Aku manusia biasa (serakah) dengan hati yang
biasa (serakah), tapi tekad dan mimpi yang luar biasa (serakah). Aku manusia.
Tuhan, tolonglah aku.
29 09 2012