Sayang, maafkan aku ya. Baru sempat waktuku terluang agar aku bisa kau jamah. Tapi, nyaman kan, sayang? Kurasakan tiap sentuhanmu berkata begitu; lembut mengelus wajah, kedua punggung tangan, serta jemari kakiku. Ya, sayang, memang sudah ku berencana sedari sebelum kudengar kabar akan kedatanganmu dari burung-burung yg bersaut-kicau siap mencari tempat teduh daripada nanti malah meracau karena demam menghalau kesadaran pikiran mereka,...maaf, ku berencana untuk siap meracau girang karena kau rintiki aku dengan sentuhan-sentuhan yang mengkaburkan pilihan kata dan makna yang tersedia, seperti yg baru saja dan tak sengaja kuperlihatkan.
Sayang, aku pamit ya, kurasa malam ini begitu syahdu, biarkan aku menemaninya menggantikan bintang-bintang yang sudah tak kelihatan lagi dari sini bahkan semenjak sesaat sebelum kedatanganmu. Tetap menarilah di tanah tandus ini beberapa kali, agar ketika kau pergi lagi, mereka tak begitu kelihatan kering-gemaring,,,maaf aku meracau lagi. Sampai jumpa di kapan hari,,,maaf sekali lagi.
Setelah beberapa kali hujan membasahi
diriku yang kotor
akan nafsu, gelinjang, dan birahi
24 Oktober 2013